Jakarta,MRN – Milisi di Yaman yang dibantu oleh Iran, Houthi, mulai meluncurkan drone ke arah Israel pada hari ini Selasa (31/10), di tengah serangan besar-besaran pasukan Zionis di Gaza.
Yaman menyatakan serangan itu ialah sebagai balasan untuk Israel yang telah menggempur habis dan keji di Gaza pada 7 Oktober.
“Drone-drone ini milik negara Yaman,” kata Perdana Menteri Yaman versi Houthi, Abdelaziz bin Habtour, dikutip Al Jazeera.
Pada Jumat hingga Sabtu pekan lalu, pasukan Israel telah melakukan ratusan serangan. Pada awal pekan ini, Israel bahkan mengaku melancarkan 600 target serangan ke Hamas.
“Kami mencapai lebih dari 600 target dalam 24 jam serangan,” kata jubir militer Israel kepada AFP.
Di salah satu insiden, jet tempur Israel menargetkan bangunan yang diisi 20 anggota Hamas.Jet tempur lain mengarah ke pos peluncuran rudal anti-tank di kawasan Universitas Al-Azhar di pusat kota Gaza.
“Akan ada lebih banyak serangan serupa ke Israel… Untuk membantu Palestina meraih kemenangan,” tambahnya mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Saree mengatakan serangan tersebut adalah yang ketiga yang dilakukan kelompok Houthi terhadap Israel sejak awal konflik.
Sejumlah media yakin, pernyataan itu mengonfirmasi bahwa Houthi berada di balik serangan pesawat tak berawak (drone) pada 28 Oktober yang mengakibatkan ledakan di Mesir dan serangan lain di tanggal yang sama, meski berhasil dicegat angkatan laut AS.
Pernyataan tersebut dibuat oleh diplomat top Iran Hossein Amir-Abdollahian di ibu kota Qatar, Doha, Selasa. Pernyataan kelar setelah ia bertemu dengan Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dan mitranya dari Qatar untuk membahas dorongan bagi terobosan diplomatik.
Baca juga Berpalingnya Gibran Rakabuming Raka Dari PDIP Merupakan Salah Satu Kesalahannya
“Wajar jika kelompok dan gerakan perlawanan tidak tinggal diam terhadap semua kejahatan yang dilakukan oleh Israel,” kata Amir-Abdollahian dalam sambutan yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Iran, dikutip dari AFP.
“Mereka tidak akan menunggu saran siapa pun, oleh karena itu kita perlu menggunakan peluang politik terakhir untuk menghentikan perang,” tambahnya seraya menyebut situasi bisa “tidak terkendali”.
(Redaksi)
g9ws3v